Beranda | Artikel
Adzan dan Iqamah
Sabtu, 3 Februari 2024

ADZAN DAN IQAMAH

Adzan: yaitu beribadah kepada Allah dengan memberitahu tentang masuknya waktu shalat dengan bacaan tertentu.

Adzan disyari’atkan pada tahun pertama hijrah.

Hikmah disyari’atkannya adzan:

  • Adzan merupakan pemberitahuan tentang masuknya waktu shalat, tempatnya, dan mengajak kepada shalat berjamaah yang mengandung banyak kebaikan.
  • Adzan merupakan peringatan bagi orang yang lalai, mengingatkan orang-orang yang lupa menunaikan shalat yang merupakan nikmat yang paling besar, dan mendekatkan seorang hamba kepada tuhannya dan inilah keuntungan yang sebenarnya, adzan adalah panggilan bagi seorang muslim agar tidak terlewtakan baginya nikmat ini.

Iqamah: yaitu beribadah kepada Allah dengan memberi tahu akan didirikannya shalat dengan bacaan tertentu.

Hukum adzan dan iqamah: Fardhu kifayah bagi laki-laki bukan bagi wanita baik dalam perjalanan maupun di kampong halaman, adzan dan iqamah hanya di lakukan pada shalat lima waktu dan shalat jum’at.

Mu’adzzin nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada empat.
Bilal bin Rabah dan Amr bin Ummi Maktum di masjid Nabawi di Madinah, Saad al Qardh di masjid Quba’, dan Abu Mahdzurah di Masjidil Haram di Mekah.

Kutamaan Adzan.
Muadzzin disunnahkan mengeraskan suaranya dalam mengumandangkan adzan, karena tidak seorangpun yang mendengar suara muadzzin baik jin, manusia, maupun apa saja kecuali dia akan menajdi saksi baginya pada hari kiamat kelak, dan mu’adzzin diampuni baginya sepanjang suaranya, dibenarkan oleh semua yang mendengar baik yang basah maupun yang kering, dan dia mendapat pahala orang yang shalat bersamanya.

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله- صلى الله عليه وسلم- قال: «لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاسْتَهَمُوا». متفق عليه

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Kalau seandainya manusia mengetahui pahala adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan melakukan undian, niscaya mereka pasti melakukannya. (Muttafaq alaih)[1].

عن معاوية بن أبي سفيان رضي الله عنهما قال: سمعت رسول الله- صلى الله عليه وسلم- يقول: «المُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقاً يَومَ القِيَامَةِ. أخرجه مسلم

Dari Mu’awiyah bin Abi sufyan Radhiyallahu anhu berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Para mu’adzzin adalah orang yang paling panjang lehernya di hari kiamat. (HR. Muslim)[2].

Lafadz adzan yang diriwayatkan dalam hadits:

Lafadz pertama: adzannya Bilal Radhiyallahu anhu yang dikumandangkannya pada masa nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu lima belas kalimat:

أذان بلال رضي الله عنه الذي كان يُؤذِّن به في عهد النبي- صلى الله عليه وسلم-، وهو خمس عشرة جملة:
1- اللهُ أَكْبَرُ.
2- اللهُ أَكْبَرُ.
3- اللهُ أَكْبَرُ.
4- اللهُ أَكْبَرُ.
5- أَشْهَدُ أَنْ لا إلَهَ إلَّا الله.
6- أَشْهَدُ أَنْ لا إلَهَ إلَّا الله.
7- أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ الله.
8- أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ الله.
9- حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ.
10- حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ.
11- حَيَّ عَلَى الفَلَاحِ.
12- حَيَّ عَلَى الفَلَاحِ.
13- اللهُ أَكْبَرُ.
14- اللهُ أَكْبَرُ.
15- لا إلَهَ إلَّا الله.

Lafadz kedua: adalah lafaz adzan Abu Mahdzurah Radhiyallahu anhu yaitu sembilan belas kalimat, empat takbir di awalnya disertai bacaan pelan sebelumnya.

عن أبي محذورة رضي الله عنه قال: أَلقى عليَّ رسول الله- صلى الله عليه وسلم- التأذين هو بنفسه فقال: «قُلْ: الله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، أَشْهَدُ أَنْ لا إلَهَ إلَّا الله، أَشْهَدُ أَنْ لا إلَهَ إلَّا الله، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ الله، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ الله [مرتين، مرتين] قال: ثُمَّ ارْجِعْ فَمُدَّ مِنْ صَوْتِكَ: أَشْهَدُ أَنْ لا إلَهَ إلَّا الله، أَشْهَدُ أَنْ لا إلَهَ إلَّا الله، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ الله، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ الله، حَيَّ عَلَى الصَّلاةِ، حَيَّ عَلَى الصَّلاةِ، حَيَّ عَلَى الفَلاحِ، حَيَّ عَلَى الفَلاحِ، الله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، لا إلَهَ إلَّا الله». أخرجه أبو داود والترمذي.

Dari Abu Mahdzurah Radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah mengajarkan adzan kepadaku, beliau bersabda: “Ucapkanlah:

اللهُ أَكْبَرُ، َاللهُ أَكْبَرُ، َاللهُ أَكْبَرُ ، َاللهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ ،  أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ،  أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ.

(dua kali, dua kali) ia berkata: kemudian ulangi dan panjangkan suaramu:

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ ،  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ ،  أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ،  أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ,  حَيَّ عَلىَ الصَّلاَةِ ، حَيَّ عَلىَ الصَّلاَةِ ، حَيَّ عَلىَ الْفَلاَحِ، حَيَّ عَلىَ الْفَلاَحِ ، ، َاللهُ أَكْبَرُ ، ، َاللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ.

(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)[3].

Lafadz ketiga: seperti lafadz azan Abu Mahdzurah Radhiyallahu anhu yang sebelumnya akan tetapi takbir di awalnya hanya dua kali, sehingga menjadi tujuh belas kalimat. (HR. Muslim)[4].

Lafadz keempat: semua kalimat adzan dua kali-dua kali, dan kalimat laa ilaaha illallah di akhirnya hanya satu kali, sehingga menjadi tiga belas kalimat. Berdasarkan hadits Ibnu Umar Radhiyallahu anhu berkata:

كَانَ الأَذَانُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ الله- صلى الله عليه وسلم- مَثْنَى مَثْنَى، وَالإقَامَةُ مَرَّةً مَرَّةً، إلَّا أَنَّكَ تَقُولُ: قَدْ قَامَتِ الصَّلاةُ، قَدْ قَامَتِ الصَّلاةُ. أخرجه أبو داود والنسائي.

“Adzan di masa rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dua kali-dua kali, dan iqamah satu kali-satu kali hanya sanya engkau mengucapkan pada saat iqomah anda mengucapkan:

قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ، قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ

(HR. Abu Daud dan Nasa’i)[5].

Disunnahkan mengumandangkan adzan dengan semua lafadz ini, mnggunakan yang satu suatu kali, dan yang lain pada waktu yang lain, lafaz yang satu di satu tempat, dan lafaz yang lain di lain tempat; dalam rangka menjaga sunnah, dan menghidupkan disyari’atkannya dengan berbagai lafadz selama tidak mengundang fitnah.

Pada adzan Fajar mu’adzzin menambahkan setelah hayya alal falah

اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ ِمنَ النَّوْمِ، اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ ِمنَ النَّوْمِ

Lafaz ini dibaca pada semua lafadz adzan di atas.

Syarat Sahnya Adzan

[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي   (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Ibadah العبادات ) Penulis : Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri  Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1] Shahih Bukhari no (615), Muslim no (469)
[2] Shahih Muslim no (387).
[3] Hadits shahih riwayat Abu Daud no (503), ini lafadz beliau, shahih sunan Abu Daud no (475). Dan diriwayatkan oleh Tirmidzi no (192), shahih sunan Tirmidzi no (162)
[4] HR. Muslim no (379)
[5] Hadits hasan riwayat Abu Daud no (510), shaih sunan Abu Daud no (482), Sunan Nasa’I no (628), ini lafadz beliau, shahih sunan Nasa’i no (610).


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/97846-adzan-dan-iqamah-2.html